Sunday, July 26, 2009

Ketika Hujan

Hujan pun turun..basahi tanah timbulkan aromanya yang khas dan aku tetap termenung memandanginya..




25 Juli 2009 di Jakarta




Telah beberapa hari ini, otakku terus berputar-putar memikirkan sesuatu yang tak kunjung tiba. Dalam kejenuhan ini tak ada lagi yang mengisi ruang-ruang itu kecuali dia. Aku tak tau mengapa ini terjadi, entah apa yang mendasarinya ataupun apa alasan dibalik semuanya, aku tak tau. Belakangan ini hanya dirinya yang hadir di sela-sela kosong waktuku walaupun ketika itu dirinya tak punya waktu kosong untukku. Aku sadar menjadi nomor yang kesekian untuknya.




Tapi hari ini, saat rintik hujan satu per satu turun tanpa sadar memori-memori indah langsung terbesit begitu cepatnya. Cepat sekali dan terasa sekali semua yang telah kujalani berbulan-bulan lalu bersamanya seakan hadir sekejap dihadapan mataku. Aku rindu.




Aku masih teringat ketika hujan sore itu, dirinya yang berjanji datang ke rumahku. “ Mas kayanya nyampe Bandung malem, tunggu mas ya”, itu yang dikatakannya. Aku percaya dan berharap-harap cemas sedari pagi. Tanpa diduga ia datang lebih cepat dari yang kuperkirakan. Selalu begini, kejutan yang membawa dirinya tepat di depanku. Tak bisa berucap saat itu juga, aku terpaku. Aku bahagia.




Hujan juga yang mengantarkan kepergiaannya saat ku terakhir berjumpa dengannya. Aku memintanya untuk menjemputku di sekolah siang itu. Aku mencegahnya untuk pulang pagi hari. Aku keluar dari gerbang sekolah dan bersemangat menjumpainya, ketika itu juga hujan pun turun. Sebenarnya aku memaksa untuk pulang saat itu juga, tapi ia melarangku dengan alasan hujan masih terlalu besar. Aku terus memaksa, hingga akhirnya hujan agak sedikit reda dan mas membawaku pulang. Jika harus ada yang disalahkan, mungkin akulah orang yang tepat saat itu. Mas tak memakai jaket atau baju hangat yang sedikitnya mengurangi sakitnya percikan hujan ketika mengendarai sepeda motor. Dinginnya Bandung saat itu pasti merasuk ke dalam tubuhnya. Semua pakaiannya basah, kucoba untuk mengeringkannya sementara dirinya bersiap untuk meninggalkan Bandung dan aku tentunya. Mas pun pergi…meninggalkanku dengan hujan serta tangisan.




Terbangun aku dari semua itu, kini kami terpisah jarak dan waktu. Tak tau kapan akan bertemu. Hanya bisa mengingat semua kenangan itu saat ini. Aku kangen mas..ingin rasanya kupeluk erat tubuhmu ketika hujan ini turun, ingin kubuatkan secangkir teh hangat untukmu, ingin kudengar semua cerita yang terlontar dari mulutmu, ingin kulihat tatapan matamu yang jernih, ingin aku bertemu mas…ingin!





Ah…aku tak tau lagi, semua emosi ini seakan meluap-luap. Ledakkan rindu ini semakin tak tertahankan. Tuhan..jika Kau ijinkan waktu berputar kebelakang, ingin aku untuk rasakan dekapan hangat tubuhnya lebih lama.



Terngiang saat perbincangan kami melalui telepon, “Makanya, cari yang bukan tentara aja. Jadi kan nggak ditinggal-tinggal terus”. “ Aku nggak mau mas, aku maunya kan cuma mas”.



Apapun dirimu, profesimu, latar belakangmu dan semua tentangmu, aku tetap menunggumu mas. Sebanyak apapun lelaki lain yang mungkin menurut orang lain lebih darimu, aku tak peduli karena kau telah memilihku. Sebagaimana orang yang terkadang menganggap sepele hubungan kita..aku tetap percaya padamu, yang ajarkan aku banyak hal. Membuka mata hatiku lebih luas dan artikan hidup lebih indah.



Ya Allah..Kau Yang Maha Mengetahui semuanya..aku mohon padaMu berkahilah hubungan ini. Lindungi dirinya yang sedang bertugas disana, jagalah hati kami. Berikanlah rasa sabar yang lebih pada kami berdua untuk melewati semua ini. Hanya Engkaulah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Tuesday, July 14, 2009

Karenamu..

Mengenal dirimu tak pernah buatku menyesal. Sejak perkenalan itu terjadi buatku merasa ada sesuatu yang berbeda dalam dirimu. Entah bagaimana, semua mengalir begitu saja layaknya air yang mengalir. Tenang tetapi pasti dan tak terduga, akhirnya sampailah pada suatu titik dimana aku menumpahkan perasaan sayangku padamu.


Sesosok pria dengan pembawaan yang sederhana telah mencuri hatiku. Membawa separuh jantungku bersamanya, iringi setiap langkahnya dan kirimkan doa di kala sujudnya. Tak mudah kuungkapkan dengan berbagai kata pujian bagaimana sosok itu. Tak mudah juga di saat itu ia taklukan hatiku, karena aku tak mau salah melangkah. Tetapi, kala cinta berbicara lain dan waktu menunjukkan dirinya, semua itu telah terjadi. Aku jatuh cinta padanya. Dia yang selalu tenangkan aku, berikan kobaran semangatnya untukku.


Tak pernah terpikir sebelumnya untuk jalani hubungan seperti ini. Terpisah jarak oleh pulau-pulau juga terpisahkan oleh waktu yang tak bisa dikompromi. Tapi Tuhan Maha Adil, aku masih bisa berkomunikasi dengannya. Sambungan telepon seluler kami menjaga perjalanan kisah kasih ini. Walaupun masih harus berbagi waktu dengan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, yang memiliki tanggung jawab yang begitu besar. Aku rela dijadikan nomor kesekian baginya. Aku ikhlas demi mendukung kariernya.


Aku ini manusia, tak luput dari kesalahan. Ketika aku dilanda rindu yang menggebu dan semua hal yang mengganggu pikiranku, aku mengeluh padanya. Tetapi aku mengeluhkan hal yang salah, semua prasangka yang tak pernah terpikir olehku langsung kulontarkan mentah-mentah padanya. Ketika semua telah berlalu, aku sungguh menyesal atas perbuatanku. Dimana rasa kepercayaan yang selalu aku pegang? Bodohnya aku, emosi yang meluap-luap jadikan amarahnya timbul sejadi-jadinya. Aku takut Tuhan, tak sanggup aku begini. Aku tak ingin mimpi buruk itu terjadi padaku. Aku tak bisa kehilangan dirinya, tak bisa ku berdiri sendiri tanpanya.


Aku sungguh menyesal, tak tau bagaimana lagi aku berbuat. Tapi kuakui semua itu salahku. Aku bersyukur dalam hati, ia masih berkepala dingin. Masih memberikanku kesempatan. Betapa leganya hatiku mendengarnya. Aku pun berjanji tak kan pernah lagi melakukannya. Aku sayang padanya dan tak ingin kulepaskannya. Aku juga tau, saat seperti itu cintanya masih lebih besar dari amarahnya. Aku beruntung bertemu dengannya. Terima kasih Tuhan..


Kini, aku akan berusaha menjadi seorang perempuan tegar seperti batu karang. Tak kan terhempas walau diterpa ombak. Takkan ada lagi air mata untuk sebuah masalah kini. Tetesan air mata tidak akan menyelesaikan sesuatu. Penyelesaianlah yang harus dilakukan, bukan berkeluh kesah tanpa pengharapan. Aku akan terus belajar, sampai aku benar-benar menjadi yang sempurna untukmu. Pantas bersanding denganmu di hari indah nanti. Semua ini adalah anugerah terindah yang pernah kumiliku, bersamamu sampai saat ini dan selalu berharap bisa ada di sampingmu. Karena aku sayang padamu mas..