Sunday, December 20, 2009

..It Can Be Possible..

Perputaran dunia selalu terjadi. Tak kenal waktu dan situasi..
Selalu dihadapkan pada kenyataan-kenyataan hidup yang terkadang sulit untuk dipilih. Kendati hal itu sering muncul..tapi manusia selalu terperosok pada lubang yang sama.

Berawal dari kelahiran di muka bumi ini. Bagaikan selembar kertas putih bersih yang siap diisi.
Dengan satu goresan mulanya..kemudian beralih menjadi bentuk-bentuk lain..dan akhirnya membuahkan makna dari semuanya..

Hidup itu pilihan. Pilihan yang harus kita pilah dan pilih. Disaat semua berdatangan secara bersamaan..dan saat itu kita mulai menentukan sikap. Menentukan akhir dari awal..dan mengambil resiko dari sikap. Agaknya rumit keadaan ini..tapi inilah hidup. Semua kenyataan yang harus dilalui dan dilewati..

Karena ini hidup..dan semua itu bisa terjadi tanpa kompromi. Kemungkinan sekecil apapun bisa menjadi keadaan yang hidup. Roda kehidupan yang slalu berputar..hanya sebagai latar diantara manusia yang sedang berjalan. Segeralah maju dan tatap yang ada dihadapan matamu..semua itu bisa (terjadi)

Thursday, October 1, 2009

Berpasrah KepadaNya

Siang itu tak seperti biasanya perasaanku begitu goyah. Empat kali panggilan tak terjawab dari mas di handphoneku. Hari-hari sebelumnya jarang sekali mas menghubungiku di siang hari, apalagi sampai meninggalkan empat miskol itu. Hatiku tak tenang, terus menerus kucoba menghubunginya tapi sulit sekali. Entah berawal darimana, aku mencoba membuka account facebook miliknya. Lemasnya aku ketika kulihat ada ucapan berduka cita atas meninggalnya ibunda mas. Ya Allah..dua minggu yang lalu aku baru saja menjenguknya, mengapa secepat ini?



Langkahku gontai tak berdaya ketika aku memberi tau berita ini pada mama, aku berucap dan air mata menetes di pipiku. Aku belum bisa percaya..belum. Mengapa Ya Allah? Mengapa?
Sedikit demi sedikit kucoba mengatur nafasku, menenangkan pikiranku dan menjernihkan semuanya. Aku mencoba sedikit demi sedikit tenang, menghela nafas panjang dan mengucap istighfar. Tanpa pikir panjang, papa memesankan tiket untukku dan mama agar segera terbang menuju Makassar. Saat itu hanya ibu dan mas yang ada dibenakku. Walaupun belum mendengar kabar apapun dari mas, aku langsung bersiap menuju airport. Pikiranku kacau, badanku lemas. Yang aku inginkan saat itu hanya kabar dari mas.


Akhirnya mas menghubungiku juga, ternyata pesawatnya baru keesokan harinya berangkat ke Makassar. Sedikit lega hatiku setelah tau dimana dirinya berada saat itu. Pukul 18.30 WIB pesawatku berangkat menuju Makassar. Aku tenangkan hati dan pikiranku. Aku coba untuk tidur di dalam pesawat, melepaskan sedikit ketegangan di saraf-sarafku dan berharap semuanya akan baik-baik saja. Pukul 21.30 WITA pesawat yang kunaiki landing di Bandara Sultan Hasanuddin. Jalan di sekitar tampak basah ketika kulewati, mungkin langitpun menangis pikirku.


Jumat..25 September 2009..
"Mas dah di pesawat yank, tapi pesawatnya transit ke Manado dulu"..sesaat sebelum mas lepas landas dari Ternate menuju Makassar. Aku menuju airport untuk menjemput mas dan kita menuju Jeneponto tempat dimakamkannya ibu. Setelah tiba di airport dan menemukan sosok berbaju loreng berdiri tegap, langsung kuhampiri. Hampir saja butir-butir kesedihan jatuh, tapi kucoba kuatkan diriku karena mas masih bisa tersenyum padaku walaupun aku tau pasti kesedihan sedang menyelimuti hatinya.


Perjalanan menuju Jeneponto tak seperti yang kubayangkan. Memang benar kata mas, jauh. Ya ,jarak yang harus kami tempuh saat itu memang tidak dekat dan sedikit padat. Tapi orang-orang dikampung sudah menunggu kedatangan mas untuk melakukan segala prosesi jenazah. Pikiranku mulai melayang tak karuan selama di mobil. Aku tetap menahan kesedihan untuk menguatkannya..aku coba itu..aku mencobanya.

11.30 WITA..sampai di rumah duka. Jatuh semua air mataku ketika melihat jenazah. Tak tega kulihat mas menangis, tak tega kudengar cerita dari sanak saudaranya. Tak tega aku saat itu. Pedih rasanya hati ini. Bendungan air mataku terus tumpah. Ya Allah, kuatkan kami.


Seusai Ibadah Shalat Jumat, jenazah mulai dimandikan. Kemudian dishalati dan dimakamkan. Dari jauh aku berdiri melihat ibu dikebumikan, mencoba tegar untuk mas kutahan semua kepiluan hatiku. Tiba-tiba salah seorang saudaranya memanggilku untuk mendekat ke makam. Langkahku mulai gontai, badanku terasa lemas. Aku mendekat pada mas dan tiba-tiba aku jatuh melemas tak sadarkan diri.


Ya Allah..lapangkanlah jalan ibu menuju hadapanMu. Hapuskanlah segala dosa-dosanya. Berikan cahaya terang di alam kuburnya. Kuatkan kami yang beliau tinggalkan. Tabahkanlah hati kami untuk menerima semua ini. Hanya Engkau Yang Maha Berkehendak, maka kami pasrahkan segalanya padaMu.


Ooh..bunda ada dan tiada dirimu kan selalu ada di dalam hatiku..

Sunday, August 23, 2009

Waktu

Waktu itu terus berputar..

Tak kenal keadaan apa yang sedang kuhadapi..

Tapi waktu tak pernah salah..

Karena aku yang memilih..




Aku memilih waktu karena aku yakin bahagia bersamanya..

Melewati hari dengannya..

Meski atap yang kami tinggali tidaklah sama..

Matahari dan bulan itu datangnya sama..

Kami rasakan keduanya bersamaan..

Melihatnya bercahaya..

Di pijakan bumi yang sama..

Angin ini terus berhembus..

Bawakanku angin segar tentang rindu..

Melalui kicauan burung di sebrang sana..

Ku harap dia mendengarnya..




Aku tau ayam-ayam itu akan kembali ke kandangnya ketika petang..

Dan seperti itulah keyakinanku padanya..

Aku yakin dirinya akan pulang pada saatnya..

Karena waktu yang telah membawanya..




Wahai bintang berkilau..

Berikanlah cahayamu padanya..

Katakan aku rindu ingin berjumpa..

Bisikan di hatinya aku slalu mengingatnya..

Di sujudku tak luput doa untuknya..




Tetap aku menunggu waktu..

Demi waktu aku melakukannya..

Merindunya..

Antarkan doa..

Untuk semangat kecil..

Jalankan tugas mulia..

Tuesday, August 18, 2009

Tunangan?

Postingnya kali ini agak beda, bukan curhatan sehari-hari yang kadang-kadang buat kepala puyeng soalnya ga jauh-jauh dari itu-itu lagi..hehe. Belum lama ini agak sedikit terbesit di otak tentang satu kata yang agaknya lagi suka mampir di lingkungan pertemanan “tunangan”. Yep..tunangan, salah satu tradisi ( entah darimana asal mulanya juga aku ga ngerti) bertukar cincin yang biasanya dihadiri oleh pihak keluarga terdekat. Banyak orang yang melakukan tunangan demi berbagai alasan, ada yang karena biar saling mengikat, sang pasangan akan pergi bertugas jauh, permintaan keluarga dan alasan-alasan lainnya. Nah, dari semua alasan itu menyimpan sejuta tanda tanya nih. Penting ga sih tunangan itu? Apa kelebihan dan kekurangannya? Ayoo dibahas…




Bagi semua pasangan, menjalin hubungan serius pasti diharapkan. Apalagi ke jenjang yang lebih tinggi atau dengan kata lain “menikah”. Tetapi sebelum berlanjut ke tahap itu, proses-proses perkenalan juga terjalin, seperti pacaran misalnya. Pacaran dijadikan tahap awal dari semua itu, walaupun ada sebagian orang menganggap pacaran adalah hal yang tabu sebelum menikah. Okeii, tapi kita ga akan bahas itu sekarang. Pacaran itu sebenernya ketika dimana kita mengenal satu sama lain secara perlahan, memahami tingkah lakunya, kebiasaannya, hal yang di suka maupun ga dan sebagainya. Ya istilahnya sih menjalin chemistry mungkin. Setelah beberapa lama menjalin kisah kasih ( ceiilehh..kisah kasih di SMA kalee) , terpikirlah untuk lebih serius lagi nih ceritanya. Ada yang memutuskan untuk bertunangan, ada juga yang memutuskan lebih serius untuk menuju jenjang pernikahan tanpa melalui tunangan itu tadi.




Kadang-kadang suka bingung kalo liat orang tunangan dan beralasan, “ Ya biar lebih ngiket aja”. Tapi emang kalo ga tunangan bakalan kabur? Hehe..justkid. Semua sih berawal dari kita dan berakhir juga di kita. Simplenya sih gini, ketika kita untuk menjalin suatu hubungan dengan seseorang maka kita sanggup untuk menjalin sebuah komitmen dengannya. Komitmen itu bisa diartikan juga sebagai pengikat dengan pasangan kita. Jadi sebenernya bisa ngiket juga kan tanpa perlu tunangan? Hehe..





Pernah nih menemukan jawaban dari seorang teman mengenai pertunangan yang agak aneh tapi unik ( sama aja ga sih aneh sama unik?).
klo mnurutku..
tunangan tu penting.. dilakukan klo udah mau mulai prsiapan pernikahan..
jdi nanti pas orgtua sii cowo ato sebalikny mulai mengenalkan calon mnantunya
sama tetangga.dll bilangny enak "nah ini dia tunanganny anak saya".. nti
kn tetanggany mulai nanya tuu "ooo iya buu ? kapan nikahnya ?".. kan si
calmertua bs jawab "yaaa akhir th ini".. kan enak tuuh jawabanny,hihi,
bukanny "nah ini dia pacarny anak saya"
ato lebih parah lagi "nah ini dia temennya anak saya"..gubrakkk kn ? ;p
yg mnurutku cuma jd beban tuu kalo tunangannya jauuuuuuh sebelum
prnikahan.. kalo naudzubilah ga jdi nikah kan malu sama orang2 yg dtg..
malu sm orgtua..
belom lagi klo ada masalah.. mo putus kan bingung juga..
nah.. lbih g enak lagi klo pas dtanya orang sii calmertua bilang "yaa
mungkin 1 ato 2th lagi" jiaelaaah lama bener.. ato lebih parah "yaa gag
tau..lum ad rencana".. *parah
tapi yaaaa.. balik lagi ke pribadi masing2 sii..
Hmm…seperti di awal, agak aneh nih jawaban. Agaknya masih mementingkan gengsi sih kalo yang satu ini, padahal kan itu kembali ke urusan hati bukan masalah gengsi sama tetangga. Gampangnya, yang nikah siapa yang ribut siapa. Yang lebih aneh lagi, orang tua masa ga bisa ngebedain mana temen mana pacar atau tunangan atau calon suami/istri anaknya..hehe (kecuali anaknya backstreet, itu beda perkara).





Ada kasus lagi mengapa seorang teman bertunangan. Sang calon suami bertugas jauh di pulau sebrang yang juga nyebrangin beberapa pulau lagi. Dia berpendapat bahwa, dengan bertunangan itu bisa mengisi waktu dan mengikat. Kenapa mengisi waktunya di bold, karena eh karena otak saya berputar-putar mencari makna dari mengisi waktu yang oleh teman saya ini maksud. Mungkin kalo di telaah sih artinya jadi ada warna di hari-hari yang dijalani oleh teman saya ini. Tapi kalo diartiin secara asal, berarti kalo ga tunangan dia jadi pengangguran dong?






Semua yang diatas itu asli opini dari teman-teman saya yang telah melalui proses pertunangan itu. Ya akhirnya semua itu kembali ke diri masing-masing untuk mengartikan apakah penting atau tidak, bertujuan atau tidak dan seribu alasan lainnya. Yang namanya manusia kan otaknya beda-beda, pasti punya pemikiran yang ga sama tentunya. Tapi pada dasarnya semua hubungan itu didasari oleh kepercayaan dan saling setia antara satu sama lain, selalu diingetin gitu sama si mas..hhe..karena kita berpikir tunangan itu bukan budaya kita. Berjalanlah kemana hatimu mengatakan kemana kau harus melangkah.

Sunday, July 26, 2009

Ketika Hujan

Hujan pun turun..basahi tanah timbulkan aromanya yang khas dan aku tetap termenung memandanginya..




25 Juli 2009 di Jakarta




Telah beberapa hari ini, otakku terus berputar-putar memikirkan sesuatu yang tak kunjung tiba. Dalam kejenuhan ini tak ada lagi yang mengisi ruang-ruang itu kecuali dia. Aku tak tau mengapa ini terjadi, entah apa yang mendasarinya ataupun apa alasan dibalik semuanya, aku tak tau. Belakangan ini hanya dirinya yang hadir di sela-sela kosong waktuku walaupun ketika itu dirinya tak punya waktu kosong untukku. Aku sadar menjadi nomor yang kesekian untuknya.




Tapi hari ini, saat rintik hujan satu per satu turun tanpa sadar memori-memori indah langsung terbesit begitu cepatnya. Cepat sekali dan terasa sekali semua yang telah kujalani berbulan-bulan lalu bersamanya seakan hadir sekejap dihadapan mataku. Aku rindu.




Aku masih teringat ketika hujan sore itu, dirinya yang berjanji datang ke rumahku. “ Mas kayanya nyampe Bandung malem, tunggu mas ya”, itu yang dikatakannya. Aku percaya dan berharap-harap cemas sedari pagi. Tanpa diduga ia datang lebih cepat dari yang kuperkirakan. Selalu begini, kejutan yang membawa dirinya tepat di depanku. Tak bisa berucap saat itu juga, aku terpaku. Aku bahagia.




Hujan juga yang mengantarkan kepergiaannya saat ku terakhir berjumpa dengannya. Aku memintanya untuk menjemputku di sekolah siang itu. Aku mencegahnya untuk pulang pagi hari. Aku keluar dari gerbang sekolah dan bersemangat menjumpainya, ketika itu juga hujan pun turun. Sebenarnya aku memaksa untuk pulang saat itu juga, tapi ia melarangku dengan alasan hujan masih terlalu besar. Aku terus memaksa, hingga akhirnya hujan agak sedikit reda dan mas membawaku pulang. Jika harus ada yang disalahkan, mungkin akulah orang yang tepat saat itu. Mas tak memakai jaket atau baju hangat yang sedikitnya mengurangi sakitnya percikan hujan ketika mengendarai sepeda motor. Dinginnya Bandung saat itu pasti merasuk ke dalam tubuhnya. Semua pakaiannya basah, kucoba untuk mengeringkannya sementara dirinya bersiap untuk meninggalkan Bandung dan aku tentunya. Mas pun pergi…meninggalkanku dengan hujan serta tangisan.




Terbangun aku dari semua itu, kini kami terpisah jarak dan waktu. Tak tau kapan akan bertemu. Hanya bisa mengingat semua kenangan itu saat ini. Aku kangen mas..ingin rasanya kupeluk erat tubuhmu ketika hujan ini turun, ingin kubuatkan secangkir teh hangat untukmu, ingin kudengar semua cerita yang terlontar dari mulutmu, ingin kulihat tatapan matamu yang jernih, ingin aku bertemu mas…ingin!





Ah…aku tak tau lagi, semua emosi ini seakan meluap-luap. Ledakkan rindu ini semakin tak tertahankan. Tuhan..jika Kau ijinkan waktu berputar kebelakang, ingin aku untuk rasakan dekapan hangat tubuhnya lebih lama.



Terngiang saat perbincangan kami melalui telepon, “Makanya, cari yang bukan tentara aja. Jadi kan nggak ditinggal-tinggal terus”. “ Aku nggak mau mas, aku maunya kan cuma mas”.



Apapun dirimu, profesimu, latar belakangmu dan semua tentangmu, aku tetap menunggumu mas. Sebanyak apapun lelaki lain yang mungkin menurut orang lain lebih darimu, aku tak peduli karena kau telah memilihku. Sebagaimana orang yang terkadang menganggap sepele hubungan kita..aku tetap percaya padamu, yang ajarkan aku banyak hal. Membuka mata hatiku lebih luas dan artikan hidup lebih indah.



Ya Allah..Kau Yang Maha Mengetahui semuanya..aku mohon padaMu berkahilah hubungan ini. Lindungi dirinya yang sedang bertugas disana, jagalah hati kami. Berikanlah rasa sabar yang lebih pada kami berdua untuk melewati semua ini. Hanya Engkaulah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Tuesday, July 14, 2009

Karenamu..

Mengenal dirimu tak pernah buatku menyesal. Sejak perkenalan itu terjadi buatku merasa ada sesuatu yang berbeda dalam dirimu. Entah bagaimana, semua mengalir begitu saja layaknya air yang mengalir. Tenang tetapi pasti dan tak terduga, akhirnya sampailah pada suatu titik dimana aku menumpahkan perasaan sayangku padamu.


Sesosok pria dengan pembawaan yang sederhana telah mencuri hatiku. Membawa separuh jantungku bersamanya, iringi setiap langkahnya dan kirimkan doa di kala sujudnya. Tak mudah kuungkapkan dengan berbagai kata pujian bagaimana sosok itu. Tak mudah juga di saat itu ia taklukan hatiku, karena aku tak mau salah melangkah. Tetapi, kala cinta berbicara lain dan waktu menunjukkan dirinya, semua itu telah terjadi. Aku jatuh cinta padanya. Dia yang selalu tenangkan aku, berikan kobaran semangatnya untukku.


Tak pernah terpikir sebelumnya untuk jalani hubungan seperti ini. Terpisah jarak oleh pulau-pulau juga terpisahkan oleh waktu yang tak bisa dikompromi. Tapi Tuhan Maha Adil, aku masih bisa berkomunikasi dengannya. Sambungan telepon seluler kami menjaga perjalanan kisah kasih ini. Walaupun masih harus berbagi waktu dengan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, yang memiliki tanggung jawab yang begitu besar. Aku rela dijadikan nomor kesekian baginya. Aku ikhlas demi mendukung kariernya.


Aku ini manusia, tak luput dari kesalahan. Ketika aku dilanda rindu yang menggebu dan semua hal yang mengganggu pikiranku, aku mengeluh padanya. Tetapi aku mengeluhkan hal yang salah, semua prasangka yang tak pernah terpikir olehku langsung kulontarkan mentah-mentah padanya. Ketika semua telah berlalu, aku sungguh menyesal atas perbuatanku. Dimana rasa kepercayaan yang selalu aku pegang? Bodohnya aku, emosi yang meluap-luap jadikan amarahnya timbul sejadi-jadinya. Aku takut Tuhan, tak sanggup aku begini. Aku tak ingin mimpi buruk itu terjadi padaku. Aku tak bisa kehilangan dirinya, tak bisa ku berdiri sendiri tanpanya.


Aku sungguh menyesal, tak tau bagaimana lagi aku berbuat. Tapi kuakui semua itu salahku. Aku bersyukur dalam hati, ia masih berkepala dingin. Masih memberikanku kesempatan. Betapa leganya hatiku mendengarnya. Aku pun berjanji tak kan pernah lagi melakukannya. Aku sayang padanya dan tak ingin kulepaskannya. Aku juga tau, saat seperti itu cintanya masih lebih besar dari amarahnya. Aku beruntung bertemu dengannya. Terima kasih Tuhan..


Kini, aku akan berusaha menjadi seorang perempuan tegar seperti batu karang. Tak kan terhempas walau diterpa ombak. Takkan ada lagi air mata untuk sebuah masalah kini. Tetesan air mata tidak akan menyelesaikan sesuatu. Penyelesaianlah yang harus dilakukan, bukan berkeluh kesah tanpa pengharapan. Aku akan terus belajar, sampai aku benar-benar menjadi yang sempurna untukmu. Pantas bersanding denganmu di hari indah nanti. Semua ini adalah anugerah terindah yang pernah kumiliku, bersamamu sampai saat ini dan selalu berharap bisa ada di sampingmu. Karena aku sayang padamu mas..

Sunday, May 10, 2009

Aku Semakin Mengerti

Mungkin tak semua orang sanggup menjalani sebuah hubungan jarak jauh, termasuk aku pada awalnya. Hanya berhubungan melalui telepon seluler, mendengar suaranya tanpa tau bagaimana keadaannya disana. Terkadang hati ini tak percaya dan bertanya, apakah aku sedang melalui ini? Hmm..aneh memang. Disaat aku menjalani semuanya tetapi aku pun terkadang tak percaya bahwa sedang melaluinya. Tak kusangka, pelabuhan hatiku kini dijalani tanpa saling tatap wajah tetapi saling menjaga hati.

Saat malam minggu tiba, di pusat-pusat keramaian tampak muda mudi berpasang-pasangan sedang menjalin kasih. Tanpa kusadari hati ini seolah meminta diperlakukan sama, tapi apalah daya tangan tak sampai. Mulailah muncul berbagai macam perasaan yang mencampuradukkan segala sesuatunya. Ingin untuk melepas keinginan itu, ingin merasakan indahnya rasa itu, ingin melalui malam itu dengan penuh kasih sayang.

Dan aku pun berpikir, kapankah datangnya waktu itu? Aku tak tau, tak bisa menjawab dan hanya terdiam terpaku tanpa bahasa. Kurenungi perjalananku, berharap otakku terisi oksigen dan kejernihan datang menghampiri. Dadaku berdegup kencang, seolah-olah meminta jawaban yang tak pasti. Hujan pun turun, seakan mengerti pemikiran dalam otakku. Dinginnya cuaca juga selimuti tubuhku.

Aku tersentak, sepertinya kehangatan mulai muncul. Tenangkan aku disaat kerapuhan mulai menghampiri dan seakan ingin menerkam. Dia lah yang jauh disana, yang tenangkan aku, hangatkan aku dan kuatkan aku. Disaat aku bersedih, ia membuka pikiranku, tenangkanku, dan buatku kembali tersenyum. Terima kasih cinta, yang selalu ada untukku, kini aku semakin mengerti tentangmu dan yakinkan langkahku denganmu..

Sunday, April 26, 2009

Selalu Ada Untukku

Jarak ini yang telah pisahkan aku dan dirinya. Tempat yang berbeda jadikan aku serasa hidup di dua dunia yang lain. Tanganku memang tak sanggup menggapainya. Bahunya memang tak dapat sandarkanku di kala keresahan melanda. Tapi jiwa ini bertemu di satu titik. Pertemuan yang memang terkesan aneh dan tak mungkin. Ini nyata. Aku rasakan ini.

Begitu banyak yang terkadang meragukan kedua insan ini bersatu. Dan mereka selalu bertanya, "Apakah kalian sanggup menjalaninya?". Sedih rasanya ketika keberadaan cinta dan kasih diragukan hanya karena jarak. Apakah ini tak mungkin? Lihat ke depan kawan, lihatlah. Buka mata hatimu dan kau akan tahu bahwa tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Dan apabila Yang Kuasa menghendaki, maka apa pun akan terjadi.

Ketika insan itu mendapati sandungan dari kerikil kecil dan mengutarakan pada sekitar, mereka pun berkata," Aku tau apa yang kau rasakan.". Adakah keyakinan dalam dirimu bahwa mereka mengerti apa yang kau rasakan? Tidak menurutku. Mereka bukan kau, dan kau bukan mereka. Kita ini berbeda. Masing-masing memiliki arah dan tujuannya sendiri. Sang produser telah membuat cerita yang sedemikian hebatnya dan tak ada yang bisa menjadikannya itu sama.

Yakin..
Hanya satu kunci pastimu untuk dapatkan kebahagiaanmu. Yakinlah dengan yang kau terima. Semua itu memang untukmu. Tak ada yang salah dengan kisah hidup yang telah terajut. Dari helaian benang berubah menjadi lembaran-lembaran kain indah. Kain-kain itu yang hiasi dunia ini. Mewarnai setiap langkah kakimu. Menjadi penenang di kala rindumu. Dan jadikan kekuatan di saat kelam datang.


Saturday, March 28, 2009

Alhamdulillah

Tercurah syukur pada Yang Maha Pengasih..krn hari ini kulihat pengumuman akan kelulusanku di UNISBA..dan ternyata aku dinyatakan LULUS dan diterima di Fakultas Psikologi. Sungguh besar harapanku diterima di fakultas yang satu itu, karena itu salah satu impianku yang selalu kunantikan. Hanya kata syukur yang bisa kuucapkan. Tak ada kata seindah itu yang kini bisa kuungkapkan. Walaupun bukan ini target utamaku, tetapi bisa kujadikan motavasi untuk menjelang UN dan SMUP...

Terima kasih untuk orang-orang terdekatku yang selalu mendukungku..Alhamdulillah

Monday, March 9, 2009

Kembali berharap-harap Cemas..

Hmm..lama tidak menulis..karena berbagai kesibukan menjelang ujian yang harus dilakukan.. Sejak kemarin, pukul 13.30 aku terakhir mendengar suaranya. Kini dengan berharap-harap cemas aku menunggu kabar yang datang darinya. Sekarang ia sedang dalam perjalanan menuju Ambon dari Ternate menggunakan kapal untuk melaksanakan penataran selama 2 minggu. Walau telah terbiasa dengan ini, tetap saja hatiku berharap cemas menanti kabar. Beberapa hari yang lalu pun aku mendengar berita kecelakaan kapal dan helikopter yang membuat batinku sedikit takut akan keberangkatannya. Tapi dengan seluruh keyakinanku dan selalu kuantar doaku untuknya yang jauh disana.

Kembali lagi kuingat awal, bahwa inilah konsekuensiku. Ya, aku memilihnya untukku. Dan segala sesuatunya harus kuterima. Aku yakin akan mampu melewati semua ini.. Semakin tegar seharusnya diriku.

Tinggal menghitung hari, ya..hanya hitungan hari USM UNISBA akan kutempuh..demi melegakan perasaanku agar dapat 1 pegangan satu universitas, dan 44 hari menjelang ujian nasional yang akan menentukan kelulusanku juga 90 hari menjelang SMUP UNPAD yang tentunya semua itu akan kujadikan hadiah terindah untukknya dan orang-orang terdekatku. Hanya pengorbanan yang kulakukan sekarang, masalah hasil kuyakin sudah ada yang menentukan.

Meski letihku kini ada di pundakku, tapi kebahagiaanku akan segera di tanganku. Segala sesuatunya itu pasti ada jalannya, selalu kupegang kata-kata itu. Apapun itu, pasti itu yang terbaik menurutNya dan pasti baik pula bagiku.. Trust it all..

Wednesday, January 28, 2009

Kualitas atau Kuantitas?

Sore ini, terasa lelah sekali tubuhku. Selepas menunaikan ibadah Shalat Ashar kurebahkan tubuhku di kasur dan kuraih samsung hitamku. Ku ketikkan sms kepada mas.. Setelah itu kuhubungi dirinya. Dalam keadaan letih seperti itu, aku ingin mendengar suaranya. Melepaskan lelah dengan mendengar suaranya bagiku itu cukup. Sore ini aku hanya dapatkan 2 menit dari waktunya. Memang keadaan ini sering terjadi, tapi tak apa lah. Bagiku lebih dari cukup dengan 2 menit itu.

Terkadang perasaan "di duakan" oleh pekerjaannya atau segudang kesibukannya membuatku sedikit kesal. Tapi bukankah ini pembelajaran bagiku bukan? Aku harus kuat dengan keadaan ini, karena aku sendiri yang memilihnya. Tak ada seorang pun yang memaksa, so natural of me. Dengan begini aku hanya mengambil hikmahnya, aku harus mandiri. Walaupun terkadang aku ingin menyampaikan kecerewetanku padanya tapi bukan waktu yang tepat sekarang untuk melakukan hal itu. Inilah fase dimana kau harus membuatnya bangga akan hasil kerja kerasku juga membuktikan kepercayaan yang diberikannya padaku.

Saat-saat sebelum pembicaraan kami diakhiri ia berpesan, " ya gini kalo pacarnya tentara, harus siap ditinggal-tinggal. Yang semangat yah." Terasa sekali maksud omongannya. Aku terpacu dengan kata-kata yang secuil itu. Aku semakin yakin bahwa aku bisa melalui semuanya. Semakin kurenungkan maka semakin pasti langkahku. Satu hal juga yang aku sadari betul yaitu, kualitas yang lebih penting daripada kuantitas. Ku akui itu penting, dan mengandung arti yang dalam. Penafsiran yang minimalis bukan?

Friday, January 23, 2009

Perubahan..haruskah?

Seiring dengan berjalannya waktu..banyak hal yang mengikuti perjalanan waktu itu juga. Tanpa kita sadari semua itu berjalan dengan sendirinya dan terlihat amat natural. Namun, apabila perubahan itu menimbulkan dampak-dampak yang setidaknya melenceng dari sebelum perubahan dimulai, apakah masih bisa dinyatakan bahwa "perubahan itu awal dari kesuksesan". Fenomena ini terkesan ganjil mungkin, akan tetapi dengan merasakan adanya perbedaan-perbedaan tersebut, kita lebih peka terhadap apa yang kita hadapi sesungguhnya.
Semua itu saya rasakan sendiri saat ini, dan ketika saya menulis postingan ini pun kejadiannya masih berlangsung dan saya juga tidak tahu kapan akan berakhir. Akhir-akhir ini, tepatnya semenjak saya duduk di tingkat akhir SMA. Entah saya terlalu sensitif atau memang ini yang sedang terjadi, saya mendapati beberapa teman yang dekat dengan saya agak berubah sikapnya. Menurut penilaian saya, mereka menjadi tidak sepaham dengan saya. Yang biasanya berbagi pengalaman, kini tidak lagi. Yang biasanya tegur sapa, kini tidak lagi. Apa ada yang salah dengan diri saya? Saya mengajukan pertanyaan itu berulang kali terhadap diri saya sendiri sebelum mengutarakan pikiran saya ini. Dan mungkin hal ini benar.

Salah seorang sahabat saya juga menyadari hal itu. Kami berdua berpikir bahwa perubahan dari mereka yang kami maksud jelas adanya. Sebagai seorang teman saya hanya bisa menilai, untuk memberi tahu perubahan mereka mungkin kurang pantas saya sampaikan. Mungkin ada yang a berpendapat bahwa saya seharusnya memberi tahu mereka, tapi saya teringat pembicaraan saya dengan seorang psikolog di Jakarta beberpa waktu lalu. Jika kita mendapati orang lain berbuat sesuatu yang salah, jangan langsung memberi tahunya. Lihat sikonnya dan apakah perbuatan mereka mengganggu orang lain atau tidak. Mungkin pada saat ini hanya saya dan sahabat saya yang merasa terganggu oleh perubahan sikap yang drastis itu, tetapi jika di lain hari keadaan ini merubah pandangan orang lain, tindakan saya sebagai teman akan berlanjut.

Ya, inilah hidup. Segala sesuatunya dapat terjadi, hanya itu yang terus saya ingat di benak saya. Ketika seseorang beranjak ke jenjang yang lebih tinggi, terkadang perubahan itu muncul. Sifat dasar manusia lah semuanya. Merasa ingin terlihat menonjol, lebih hebat dan ingin dihargai oleh semua orang.. Mungkin fase ini yang sedang saya hadapi. Dimana saya berhadapan dengan teman-teman yang sedang menuju pencarian jati diri sebenarnya dan termasuk saya di dalamnya.
Inilah perjalanan dan masa yang haru s dihadapi. Dengan segala situasi dan kondisi, kita harus dapat menyesuaikan. Seperti hukum alam Siapa yang dapat menyesuaikan diri, maka dialah yang dapat bertahan hidup.

Saturday, January 10, 2009

13 menit 2 detik..

Siang ini pukul 11.21 waktu Indonesia bagian barat..handphoneku bergetar pertanda sms masuk.
Kulihat samsung hitamku dan ternyata sms itu datang dari orang yang kusayang, "mas" begitulah aku memanggilnya dan nama itu yang kutulis di hpku. Sontak aku gembira, karena beberapa hari ini dirinya sangat sibuk sekali sampai" smsku jarang sekali dibalasnya. Kubuka sms itu, disana tertulis "Yank gi apa? Klo ga sbk telp mz skrg." Tanpa pikir panjang,langsung kuhubungi dirinya.

Senang sekali kudengar suaranya,tak bisa kuungkapkan bagaimana bahagianya diriku saat mendengar suaranya setelah beberapa hari tak ku tahu pasti bagaimana keadaannya begitupun dirinya. Setelah berbasa-basi,aku mengajukan pertanyaan padanya, "mas boleh nangis ga?". Pertanyaan aneh menurutku, terlalu bodoh kutanyakan hal itu. Tapi tak lama kutanyakan hal itu langsung menetes air mata di pipiku. Tak kuasa ku menahan rindu ini. Semenjak pertemuan kami kurang lebih 2 bulan yang lalu, kami memang tak pernah bertemu lagi dan entah kapan pertemuan selanjutnya terjadi.

Setelah mendengar tangisku ia langsung menenangkanku, "yank, jangan nangis. kalo nangis mas juga sedih.", pintanya agar menghentikan tangisku. Dengan sedikit terisak aku berkata, "aku ga nangis sedih mas, aku kangen banget sama mas." Ketika itu perasaanku sungguh campur aduk, tak tahu harus bagaimana kucurahkan rasa rinduku padanya. Aku memang sadar betul bahwa profesinya sebagai abdi negara itu sungguh berat, apalagi kini dirinya baru ditempatkan pada tempat dinas pertamanya. Dari awal aku tahu bahwa jika ia akan ditugaskan di Ambon, dan aku tak mempermasalahkan hal itu. Merupakan suatu kebanggaan bagiku dirinya ditempatkan di daerah yang rentan konflik.

Pembicaraan siang ini memang tak bisa lama seperti biasanya. Kami bisa menghabiskan waktu satu hingga dua jam untuk berkomunikasi lewat handphone. Ya, karena jarak yang begitu jauh kami hanya bisa mengetahui keadaan masing" melalui handphone. Memang tak banyak yang bisa kami bicarakan tadi siang, hanya saling berpesan.

13 menit 2 detik..waktu singkat untuk saling berbagi,berpesan. Air mataku tumpah tak tertahankan,jatuh begitu saja. Tak seperti biasanya aku begitu melankolis. Hanya saat" tertentu aku bisa meneteskan air mata. Dan sepertinya kali ini aku benar-benar melankolis. 13 menit 2 detik itu sungguh berarti..