Tuesday, February 21, 2012

Brides Wannabe Stress? Haram!

Jakarta, Kamis 16 Februari

    Obrolan siang hari di Pondok Gede Mall bersama mama..
Mom    : mau emas putih apa kuning?
Me    : aku maunya mas achmad aja ma
...

    Akhirnya kita ketawa sama-sama karena jawaban konyol yang ga penting itu terjadi (lagi). Perjalanan untuk preparing wedding itu masih berlanjut dan masih sekian to do list untuk dilaksanakan. Obrolan dan candaan tadi itu harus ada di sela-sela perjalanan ini karena persiapan menikah itu stres loh. Ini terbukti, karena menikah itu menduduki peringkat kedua penyebab stress tertinggi setelah kehilangan pasangan.
    Obrolan lainnya juga terjadi di meja makan waktu sarapan bersama papa. Papa bilang kalo H-2 bulan nanti adalah saat-saat dimana stressor sedang tinggi untuk semua anggota keluarga. Ada yang ga cocok sedikit bisa jadi ributnya besar, jadi harus mulai disiapkan semua mua nya untuk meminimalisir hal-hal itu.  Yes memang betul kata papa, prepare the worst but hopes the best. Semua harus selalu ada perencanaannya, walaupun masih ada Allah yang Maha Besar disini.
    Masalah ini bukan bisa timbul di keluarga inti saja, dari pihak keluarga besar, mantan-mantan atau siapapun bisa jadi pemicu. Jadi gimana dong? Menghindari hal-hal yang bisa menimbulkan masalah yang pasti. Banyak yang bisa dikerjakan, dipikirkan selain itu kok. Toh to do list brides wannabe pasti banyak kan. Istighfar lah kalo udah gemes sih hhe.
    Berlanjut dengan perjalanan siang ini, kita lumayan lama jalan di mall ini. Ini semata-mata menghilangkan stress yang mulai muncul. Mungkin beberapa orang berpikir, buat apa sih ribet kesana kemari. Pake WO lebih simple, lebih gampang. Poinnya adalah, detail acara nanti kita yang tau dan kita yang mau, jadi bisa dipastikan kalo ngurus sendiri akan lebih kena detailnya seperti apa. Capek ga? Pasti lah, boong kalo ga capek. Sisi lainnya adalah kepuasan itu terbukti ketika hari H nanti.
    Stress itu pasti datang, tapi calon manten stress big big no deh. Lebih baik bikin ayem diri sendiri akan lebih baik daripada membuang energi dengan percuma. Cobaan itu telah bergulir sekarang, dimulai dari telepon ‘orang yang dulu’, kemunduran kursusnya mas, omongan ga mengenakkan dan lainnya yang mungkin mulai pelan-pelan muncul. Bismillah untuk semua ini, walaupun nulis disini belum berarti I’m strong enough tapi membuktikan bahwa dengan perlahan-lahan diri ini mulai mencoba untuk lebih mengendalikan diri dengan baik.

No comments: